VITAMIN DALAM
MAKANAN
PENDAHULUAN
Vitamin adalah senyawa organikyang dibutuhkan tubuh dalamjumlah
kecil pada bahan makanan hewan ddan manusia untuk menjamin berlangsungnya
pertumbuhan dan reproduksi yang wajar. Vitamin merupakan komponen makan
essensial dalam diet hewan/manusia yang dibutuhkan dalam jumlah kecil (makronutrien)
dan berfungsi memlihara metabolisme tubuh.
Fungsi biokimiawi beberapa vitamin pertama kali diketahui pada tahun
1930 melalui penemuan yang bersamaan tentang struktur kimia koenzim dan vitamin.
Hampir semua vitamin larut air berfungsi sebagai komponen koenzim spesifik dan
terlibat dalam reaksi enzimatik pada metabolisme karbohidrat, lemak, dan
protein. Kekurangan vitamin berarti kekurangan akan koenzim yang akan
menyebabkan terjadinya hambatan metabolik yang tergolong ke penyakit defisiensi.
Sihingga dapat dikatakan bahwa gejala kekurangan vitamin disebut defisiensi.
Gejala defisiensi menunjukkan gejala yang khas, yang mungkin disebabkan oleh
karena tidak adanya vitamin tersebut dalam bahan makanan atau tersedia dalam
jumlah yang memadai tetapi hanya sedikit yag diserap dalam sistem pencernaan.
Vitamin yang diperoleh dari bahan makanan, terdapat dalam bentuk
yang sudah siap maupun masih dalam bentuk prazatnya disebut dengan provitamin.
Disamping provitamin dan vitamin, dalam bahan makanan terdapat juga senyawa –
senyawa yang berbeda strukturnya tetapi fungsinya sama dengan vitamin disebut
analog vitamin atau vitamer. Contohnya : Vitamin D2 dan vitamin D3 mencegah
penyakit rakhitis, vitamin K1, K2, K4, K5 dan K6 mencegah pendarahan.
Senyawa – senyawa yang mempunyai fungsi yang sangat berlawanan
dengan vitamin disebut antagonis atau anti – vitamin. Terdapatnya anti – vitamin
dalam bahan makanan yang mengandung vitamin, dapat menghilangkan khasiat vitamin
yang dikandungnya, sehingga timbul gejala defisiensi ataupun “avitagonis”.
Contohnya : piritiamin adalah antagonis vitamin B1; 3 – asetil piridin atau asam
piridin beta – sulfat adalah antagonis niasin.
Kontribusi suatu jenis makanan terhadap kandungan vitamin makanan
sehari – hari bergantung pada jenis vitamin yang semula terdapat dalam makanan
tersebut, jumlah yang rusakpada saat panen, penyimpanan, pemrosesan, dan
pemasakan.
Pada tahap pemrosesan dan pemasakan, banyak vitamin hilang bila menggunakan suhu
tinggi, air perebus dibuang, permukaan makanan bersentuhan dengan udara dan
menggunakan alkali. Vitamin yang terpengaruh dalam hal ini adalah yang rusak
oleh panas, oksidasi atau yang larut dalam air.
Kehilangan vitamin dalam pemasakan dapat dicegah dengan cara :
1.
Menggunakan suhu tidak terlalu tinggi
2.
Waktu memasaktidak terlalu lama
3.
Menggunakan air pemasaksesedikit mungkin
4.
Memotong dengan pisau tajam menjadi potongan tidak terlalu halus
5.
Panic memasakditutup
6.
Tidak menggunakan alkali dalam pemasakan
7.
Sisa air perebus digunakan untuk masakan lain. Vitamin larut lemak tidak banyak
hilang pada proses pemasakan. Kehilangan terjadi pada proses oksidasi dan
ketengikan.
Vitamin dibagi ke dalam dua
golongan. Golongan pertama oleh Kodicek (1971) disebut prakoenzim (procoennzyme)
dan bersifat larut dalam air, tidakdisimpan oleh tubuh, tidak beracun,
diekskresi dalam urin. Yang termasuk golongan ini adalah tiamin, riboflavin,
asam nikotinat, piridoksin, asam kolat, biotin, asam pantotenat, vitamin B12 (disebut
golongan vitamin B) dan vitamin C. Golonan kedua yang larut dalam lemak disebut
alesterin, dan dapat disimpan dalam tubuh. Apabila vitamin ini terlalu banyak
dimakan, akan tersimpan dalam tubuh, dan memberikan gejala penyakit tertentu (hipervitaminosis),
yang juga membahayakan. Kekurangan vitamin mengakibatkan terjadinya penyakit
defisiensi, tetapi biasanya gejala penyakit akan hilang apabila kecukupan
vitamin tersebut terpenuhi. Contohnya vitamin A, D, E, dan K.
Adapun perbedaan sifat antara vitamin larut air dengan vitamin larut lemak
adalah sebagai berikut.
Vitamin Larut Lemak
|
Vitamin Larut Air
|
1.
Larut dalam
lemakdan pelarut lemak.
2.
Kelebihan
konsumsi yang dibutuhkan disimpan dalam tubuh.
3.
Dikeluarkan
dalam jumlah kecil dalam empedu.
4.
Gejala
defisiensi berkembang lambat.
5.
Tidak selalu
perlu ada dalam makanan sehari – hari.
6.
Mempunyai
precursor atau provitamin.
7.
Hanya
mengandung unsur – unsur C, H,dan O.
8.
Diabsorpsi
melalui sistem limfa.
9.
Hanya
dibutuhkan oleh organism kompleks.
10.
Beberapajenis
bersifat toksik pada jumlah relatif rendah (6 x 10 AKG).
|
1.
Larut dalam
air
2.
Simpanan
sebagai kelebihan kebutuhan sangat sedikit.
3.
Dikeluarkan
melalui urin.
4.
Gejala
defisiensi terjadi dengan cepat.
5.
Harus selalu
ada dalam makanan sehari – hari.
6.
Umumnya tidak
mempunyai precursor.
7.
Selain C,H dan
O mengandung N kadang – kadang S dan Co.
8.
Diaobsorpsi
melalui vena porta.
9.
Dibutuhkan
oleh oragnisme sederhana dan kompleks.
10.
Bersifat
toksik hanya pada dosis tinggi/megadosis (>10 x AKG)
|
Vitamin berperan dalam beberapa tahap reaksi metabolisme energi,
pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh, padaumumnya sebagai koenzim atau sebagai
bagian aktif dari enzim.
DAFTAR PUSTAKA
Poedjiadi, Anna dan F.M Titin Supriyanti . 2006 . Dasar – Dasar Biokimia,
Edisi Revisi . Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia.
Silitonga, P. M dan Murniaty Simorangkir . 2006 . BiokimiaDasar . Medan :
FMIPA – Unimed.
Simorangkir,Murniaty . 2009 . Biokimia Nutrisi . Medan : FMIPA – Unimed.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar