Senin, 28 Oktober 2013

Pengelolaan Laboratorium Kimia

[Enter Post Title Here]

 
 STRATEGI PENYIMPANAN ZAT KIMIA UNTUK MENUJU LABORATORIUM KIMIA STANDAR

 

 
1.     PENDAHULUAN
Laboratorium kimia merupakan kelengkapan sebuah program studi yang digunakan untuk meningkatkan keterampilan penggunaan dan pemakaian bahan kimia maupun peralatan analisis (instrumentasi). Dalam penggunaan lanjut, laboratorium merupakan sarana untuk melaksanakan kegiatan penelitian ilmiah. Laboratorium kimia dengan segala kelengkapan peralatan dan bahan kimia merupakan tempat berpotensi menimbulkan bahaya kepada para penggunanya jika para pekerja di dalamnya tidak dibekali dengan pengetahuan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja.
Bahan kimia yang sering kita gunakan di laboratorium jika tidak dikelola dengan baik maka dapat menyebabkan hal yang fatal, walaupun terkadang tidak secara langsung. Dalam pengelolaan laboratorium terdapat aspek yang harus diperhatikan yaitu mengenai inventarisasi laboratorium serta cara penyimpanan bahan kimia yang agar memenuhi standar.
Penyimpanan bahan tersebut dapat dikelompokkan berdasarkan karakteristik bahan kimia. Berikut ini akan dibahas mengenai cara penyimpanan bahan kimia yang memenuhi standar sehingga tercipta kinerja yang maksimal didalam laboratorium.

 
2.     STRATEGI PENYIMPANAN ZAT KIMIA
Bahan kimia yang biasanya dipakai dalam laboratorium harus disimpan sesuai dengan yang diperoleh dari produsen, agar informasi tentang zat tersebut masih tetap ada. Biasanya pada sampul bagian luar kemasan zat terdapat label kemasan yang memuat informasi berharga terkait dengan karakteristik zat tersebut, seperti wujud, sifat, akibat jika terkontaminasi. Jika wadah lain digunakan, maka haruslah digunakan pelabelan yang sama.
Upaya melindungi label dari pengaruh bahan kimia dan menjaga supaya melekat baik maka haruslah dilapisi dengan lembaran plastik transparan. Label ini harus terlihat jelas dan ditulis dengan pencil atau tinta yang permanen. Wadah yang memuat zat kimia harus tersbuat dari bahan yang kuat dan harus diperiksa secara rutin keadaan zat tersebut. Semua bahan kimia dalam laboratorium harus diperiksa pada periode tertentu,
minimal satu kali setahun. Bahan kimia yang mungkin melepaskan racun, bersifat korosif atau gas-gas yang mudah terbakar, atau debu perlu dicadangkan hanya dalam jumlah kecil di lemari asam.
Perawatan dan penangananan bahan kimia dimaksudkan agar bahan kimia dilaboratorium tertata dengan baik, teratur dalam penyimpanannya sehingga bahan kimia siap pakai dan aman. Pengenalan sifat dan jenis bahan kimia akan memudahkan dalam cara perawatan dan penanganannya.

 
a.      Penyimpanan Bahan Kimia
Ada beberapa panduan dalam penyimpanan bahan kimia, diantaranya adalah sebagai berikut.
·         Menyediakan tempat khusus untuk penyimpanan bahan serta mengembalikan bahan yang sudah digunakan pada tempat semula.
·         Menghindari penyimapanan bahan di atas bangku atau di atas lemari
·        Tempat menyimpan bahan (rak) yang digunakan tidak terlalu tinggi

 
·         Membuat label pada wadah tempat penampungan bahan kimia
·         Menyimpan bahan kimia berdasarkan abjad serta karakteristiknya, seperti bahan yang mudah menguap, mengakibatkan korosi, teroksidasi dan lain sebagainya
·         Bertanggung jawab untuk fasilitas penyimpanan dan diperiksa paling tidak 1 kali dalam setahun.
Dari prinsip umum diatas maka dapat diambil suatu kesimpulan bahan kimia harus disimpan berdasarkan karakteristiknya. Berikut ini akan diperikan penjelasan mengenai cara penyimpanan berdasarkan karakteristik bahan kimia.

  1.      Bahan yang mudah meledak (eksplosif)
Bahan kimia  mudah meledak apabila bahan tersebut bereaksi menghasilkan gas dalam jumlah dan tekanan yang besar serta suhu yang tinggi yang mengakibatkan kerusakan pada lingkungan. Selain faktor tersebut juga ada factor yang menyebabkan bahan kimia tersebut mudah meledak, yaitu interaksi beberapa bahan kimia, seperti logam Na atau K dengan air.
  
Gambar 1. Lambang bahan kimia mudah meledak

 
 Adapun syarat penyimpanan bagi bahan kimia yang mudah meledak/eksplosif:
·         Ruangan dingin dan berventilasi
·         Jauhkan dari panas dan api
·         Hindarkan dari gesekan atau tumbukan mekanis

  2.      Bahan yang mudah terbakar
Bahan mudah terbakar adalah bahan yang mudah bereaksi dengan oksigen dan menimbulkan kebakaran. Reaksi kebakaran yang amat cepat juga dapat menghasilkan ledakan. Bahan cair dinyatakan mudah terbakar bila titik nyala > 21 °C dan < 55 °C pada tekanan 1 atm. Bahan cair dinyatakan sangat mudah terbakar bila titik nyala < 21 °C dan titik didih > 20 °C pada tekanan 1 atm. Gas dinyatakan mudah terbakar jika titik didih < 20 °C pada tekanan 1 atm.

  

Gambar 2. Lambang bahan kimia yang mudah terbakar
Bahan kimia yang mudah terbakar dapat berupa wujud padat seperti belerang (sulfur), fosfor, kertas/rayon, hidrida logam, dan kapas; cair seperti benzene, etanol, naftalena; dan juga berupa gas seperti gas alam, hydrogen, asetilen dan etilen oksida. Penyimpanan bagi bahan/zat kimia yang mudah terbakar dapat dilakukan dengan tempat yang :
·         Bertemperatur dingin dan berventilasi
·         Jauh dari sumber api atau panas, terutama loncatan api listrik dan bara rokok
·         Tersedia alat pemadam kebakaran

 
3.      Bahan beracun
Gambar 3. Lambang bahan kimia yang beracun
Bahan kimia beracun didefinisikan sebagai bahan kimia yang dalam jumlah kecil menimbulkan keracunan pada manusia atau mahluk hidup lainnya. Pada umumnya zat-zat toksik masuk lewat pernapasan dan kemudian beredar ke seluruh tubuh atau menuju organ-organ tubuh tertentu. Berikut contoh bahan kimia beracun dan akibat yang ditimbulkan apabila terkontaminasi.
Jenis Zat Beracun
Jenis Bahan
Akibat Keracunan dan Gangguan
Logam metaloid
Pb (TEL, PbNO3); Hg; Cadmium; Krom (Cr); Arsen (As); Fospor
Syaraf, ginjal, darah, hati, kanker, iritasi
Bahan pelarut
Hidrokarbon alifatik, hidrokarbon terhalogenasi
Pusing, koma, hati, ginjal, syaraf pusat, leukemia
Gas-gas beracun
Aspiksian sederhana, aspiksian kimia, karbon monoksida, nitrogen monoksida
Sesak nafas, pusing, kejang, hilang kesadaran, iritan, kematian
Karsinogen
Benzene, krom, vinil klorida
Leukemia, paru-paru
Pestisida
Organoklorin, organofosfat
Pusing, kejang, hilang kesadara, kematian

 
Syarat penyimpanan bahan kimia beracun
·         Ruangan dingin dan berventilasi
·         Jauh dari bahaya kebakaran
·         Dipisahkan dari bahan-bahan yang mungkin bereaksi
·         Kran dari saluran gas harus tetap dalam keadaan tertutup rapat jika tidak sedang dipergunakan
·         Disediakan alat pelindung diri, pakaian kerja, masker, dan sarung tangan

 
4.      Bahan korosif
Bahan/zat kimia yang bersifat korosif dapat merusak kemasan/wadah dan bereaksi dengan zat-zat beracun Bahan/zat kimia korosif antara lain adalah asam sulfat (H2S04), asam nitrat (HNO3), asam klorida (HCl), natrium hidroksida (NaOH), kalsium hidroksida (Ca(OH)2), dan gas belerang dioksida (SO2).
Gambar 4. Lambang bahan kimia yang bersifat korosif
Syarat penyimpanan:
·         Ruangan dingin dan berventilasi
·         Wadah tertutup dan berlabel
·         Dipisahkan dari zat-zat beracun

 
5.      Bahan kimia iritan
Gambar 5. Lambang bahan kimia iritan
Bahan iritan adalah bahan yang karena reaksi kimia dapat menimbulkan kerusakan atau peradangan atau sensitisasi bila kontak dengan permukaan tubuh yang lembab seperti kulit, mata, dan saluran pernapasan. Bahan iritan pada umumnya adalah bahan korosif. Syarat penyimpanan bagi bahan kimia yang bersifat iritan:
·         Ruangan dingin dan berventilasi
·         Wadah tertutup dan berlabel
·         Dipisahkan dari zat-zat beracun

 
6.      Bahan kimia reaktif terhadap air


                          Gambar 6. Lambang bahan kimia yang reaktif terhadap air
Bahan reaktif adalah bahan yang bila bereaksi dengan air akan mengeluarkan panas dan gas yang mudah terbakar. Hal ini disebabkan zat-zat tersebut bereaksi secara eksotermik, yaitu mengeluarkan panas, dan gas yang mudah terbakar. Adapun bahan-bahan kimia tersebut adalah:
·         Alkali (Na, K) dan alkali tanah (Ca)
·         Logam halida anhidrat (alumunium tribromida)
·         Logam oksida anhidrat (CaO)
·         Oksida non-logam halida (sulfuril klorida)
·         Karbit
·         Nitrida
Syarat penyimpanan bahan kimia yang reakti terhadap air:
·         Temperatur ruangan dingin, kering, dan berventilasi
·         Jauh dari sumber nyala api atau panas
·         Bangunan kedap air
·         Disediakan pemadam kebakaran tanpa air (CO2dry powder)

 
7.      Bahan reaktif terhadap asam
Bahan/zat kimia reaktif terhadap asam akan menghasilkan panas dan gas yang mudah terbakar atau gas-gas yang beracun dan korosif. Bahan-bahan yang reaktif terhadap air di atas juga reaktif terhadap asam. Selain itu ada bahan-bahan lain, yaitu:
·         Kalium klorat/perklorat (KClO3)
·         Kalium permanganat (KMnO4)
·         Asam kromat (H2Cr2O3)
Syarat penyimpanan bagi bahan yang reaktif terhadap asam :
·         Ruangan dingin dan berventilasi
·         Jauhkan dari sumber api, panas, dan asam
·         Ruangan penyimpan perlu didesain agar tidak memungkinkan terbentuk kantong-kantong hydrogen
·         Disediakan alat pelindung diri seperti kacamata, sarung tangan, pakaian kerja

 

 
b.      Perawatan Bahan Kimia
Bahan-bahan kimia dalam hal perawatannya digolongkan menurut keadaan fasenya yaitu : padatan, larutan atau gas.
1.      Padatan biasa yang tidak higroskopis dan tidak menyublim
Perawatan padatan biasa yang tidak higroskopis dan tidak menyublim dapat dilakukan dengan menyimpan zat ini di dalam botol bermulut lebar yang bertutup baik. Usahakan etiketnya atau labelnya tidak mudah lepas dan hurupnya tidak mudah luntur atau menguap. Debu pada botol sebaiknya dilap. Pengambilan zat harus menggunakan sendok/spatula. Hindarkanlah kemungkinan masuknya debu, air maupun uap.

 
2.      Padatan higroskopis
Perawatan padatan higroskopis dilakukan dengan menyimpannya dalam kaleng
tertutup atau tempat lain yang tertutup rapat. Sumbatnya diselimuti lagi dengan plastik dan diikat erat-erat. Contoh zat ini adalah NaOH dan KSCN.

 
3.      Padatan mudah menguap atau menyublim
Perawatan Padatan mudah menguap atau menyublim dilakukan dengan menyimpan zat ini di dalam botol gelas atau plastik dengan tutup yang rapat dan tidak terlalu penuh. Sisa ruangan kosong kira-kira ¼ nya untuk kemudahan menyublim. Contoh zat yang termasuk golongan ini adalah : Iodium, ammonium karbonat dan kamfer.

 
4.      Padatan yang peka cahaya
Perawatan untuk padatan yang peka cahaya dilakukan dengan menyimpan zat ini
di dalam botol gelap atau botol yang tidak tembus cahaya. Contoh yang termasuk zat ini adalah : perak nitrat dan kalium permanganat.

 
5.      Padatan yang peka air
Penanganan untuk padatan yang peka air dapat dilakukan dengan melarutkannya Dalam minyak tanah atau kerosin. Contohnya adalah logan Na, K dan Li.

 
6.      Padatan peka oksigen atau udara
Penanganan zat ini dilakukan dengan merendamnya di dalam air yang terdapat
pada botol gelas. Jangan menggunakan tempat dari kaleng karena mudah bocor dan bisa mengakibatkan kebakaran. Contoh yang termasuk zat ini adalah posfor.

 
7.      Campuran padatan
Penyimpanan untuk kelompok zat ini dilakukan dengan menghindari penempatan padatan ini dalam keadaan tercampur, terutama campuran oksidator dan katalisator dengan bahan yang mudah terbakar. Contoh zat yang termasuk golongan ini adalah : KClO3, MnO2 dengan gula pasir.

 
8.      Cairan atau larutan biasa
Penyimpanan zat ini dilakukan menutupnya di dalam botol yang rapat dan menghindarkan masuknya debu. Pergunakan pipet untuk mengambil isinya bila digunakan atau dengan jalan menuang di mana etiketnya menghadap ke dalam tangan. Contohnya adalah : alkohol, asam asetat dan larutan garam. Isi botol tidak boleh penuh. Sisakan ¼ nya untuk berkondensasi.

 
9.      Cairan atau larutan mudah menguap
Penyimpanan kelompok zat ini dilakukan dengan menggunakan botol yang mempunyai tutup rapat, karena larutan ini mudah bertambah volumenya dan kadarnya turun. Contoh yang termasuk zat ini adalah asam sulfat.

 
10.  Cairan yang mudah menguap
Penyimpanan cairan yang mudah menguap dilakukan dengan menggunakan botol yang mempunyai tutup rapat. Sisakan ¼ botol untuk kondensasi. Jauhkan dari panas. Contoh golongan zat ini adalah : NH4OH, HCl, CH3COOH dan alkohol.

 
11.   Cairan yang mudah terbakar
Penyimpanan cairan yang mudah terbakar dapat dilakukan dengan menjauhkannya dari api atau panas. Contoh yang termasuk kelompok zat ini adalah : eter, metanol, etanol, bensin dan minyak tanah.

 
12.  Gas
Penyimpanan gas dilakukan dengan menjauhkan tabung gas dari api atau panas. Gunakan kran yang spuyernya baik. Lebih baik ditempatkan di tempat yang dingin. Contohnya adalah : gas He, N2, CO2.

 
3.     KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut.
·         Hampir semua bahan kimia berbahaya, sehingga kita perlu membuat pengelolaan bahan dengan tepat dan benar sehingga sebelum melakukan praktikum sebaiknya kita mengenal karakteristik bahan kimia yang dipakai.
·         Bahan kimia dapat disimpan berdasarkan karakteristiknya untuk memaksimalkan kerja di laboratorium.
·         Selain penyimpanan, perawatan dari bahan kimia juga diperlukan demi terciptanya keamanan dan keselamatan kerja di laboratorium.

 
4.     DAFTAR PUSTAKA
Kancono., (2010), Manajemen Laboratorium IPA, Bengkulu, Unit Penerbitan FKIP UNIB.
Moran, L., dan Masciangioli, T., (2010), Keselamatan dan Keamanan Laboratorium Kimia (Panduan Pengelolaan Bahan Kimia dengan Bijak), Washington, The National Academis Press.
Suprayitno, T., (2011), Panduan Teknis Perawatan Peralatan Laboratorium Kimia, Jakarta, Kemendikbud.
Suwahano., (2010), http://chem-is-try.org/laboratorium_kimia/ (accessed Agustus 2013)
Tim Laboratorium., (2012), TechnichalDirectives_id.pdf (accessed September 2013)
Wiryawan, A., (2011), http://chem-is-try.org/kegiatan_kimia/ (accessed September 2013)