[Enter Post Title
Here]
STRATEGI
PENYIMPANAN ZAT KIMIA UNTUK MENUJU LABORATORIUM KIMIA STANDAR
1. PENDAHULUAN
Laboratorium kimia merupakan kelengkapan sebuah program studi yang digunakan
untuk meningkatkan keterampilan penggunaan dan pemakaian bahan kimia maupun
peralatan analisis (instrumentasi). Dalam penggunaan lanjut, laboratorium
merupakan sarana untuk melaksanakan kegiatan penelitian ilmiah. Laboratorium
kimia dengan segala kelengkapan peralatan dan bahan kimia merupakan tempat
berpotensi menimbulkan bahaya kepada para penggunanya jika para pekerja di
dalamnya tidak dibekali dengan pengetahuan mengenai kesehatan dan
keselamatan kerja.
Bahan kimia yang sering kita gunakan di laboratorium jika tidak dikelola
dengan baik maka dapat menyebabkan hal yang fatal, walaupun terkadang tidak
secara langsung. Dalam pengelolaan laboratorium terdapat aspek yang harus
diperhatikan yaitu mengenai inventarisasi laboratorium serta cara
penyimpanan bahan kimia yang agar memenuhi standar.
Penyimpanan bahan tersebut dapat dikelompokkan berdasarkan karakteristik
bahan kimia. Berikut ini akan dibahas mengenai cara penyimpanan bahan kimia
yang memenuhi standar sehingga tercipta kinerja yang maksimal didalam
laboratorium.
2. STRATEGI
PENYIMPANAN ZAT KIMIA
Bahan kimia yang biasanya dipakai dalam laboratorium harus disimpan sesuai
dengan yang diperoleh dari produsen, agar informasi tentang zat tersebut
masih tetap ada. Biasanya pada sampul bagian luar kemasan zat terdapat label
kemasan yang memuat informasi berharga terkait dengan karakteristik zat
tersebut, seperti wujud, sifat, akibat jika terkontaminasi. Jika wadah lain
digunakan, maka haruslah digunakan pelabelan yang sama.
Upaya melindungi label dari pengaruh bahan kimia dan menjaga supaya melekat
baik maka haruslah dilapisi dengan lembaran plastik transparan. Label ini
harus terlihat jelas dan ditulis dengan pencil atau tinta yang permanen.
Wadah yang memuat zat kimia harus tersbuat dari bahan yang kuat dan harus
diperiksa secara rutin keadaan zat tersebut. Semua bahan kimia dalam
laboratorium harus diperiksa pada periode tertentu,
minimal satu kali setahun. Bahan kimia yang mungkin melepaskan racun,
bersifat korosif atau gas-gas yang mudah terbakar, atau debu perlu
dicadangkan hanya dalam jumlah kecil di lemari asam.
Perawatan dan penangananan bahan kimia dimaksudkan agar bahan kimia
dilaboratorium tertata dengan baik, teratur dalam penyimpanannya sehingga
bahan kimia siap pakai dan aman. Pengenalan sifat dan jenis bahan kimia akan
memudahkan dalam cara perawatan dan penanganannya.
a. Penyimpanan
Bahan Kimia
Ada beberapa panduan dalam penyimpanan bahan kimia, diantaranya adalah
sebagai berikut.
· Menyediakan
tempat khusus untuk penyimpanan bahan serta mengembalikan bahan yang sudah
digunakan pada tempat semula.
· Menghindari
penyimapanan bahan di atas bangku atau di atas lemari
· Tempat menyimpan bahan (rak) yang digunakan tidak terlalu tinggi
· Tempat menyimpan bahan (rak) yang digunakan tidak terlalu tinggi
· Membuat
label pada wadah tempat penampungan bahan kimia
· Menyimpan
bahan kimia berdasarkan abjad serta karakteristiknya, seperti bahan yang
mudah menguap, mengakibatkan korosi, teroksidasi dan lain sebagainya
· Bertanggung
jawab untuk fasilitas penyimpanan dan diperiksa paling tidak 1 kali dalam
setahun.
Dari prinsip umum diatas maka dapat diambil suatu kesimpulan bahan kimia
harus disimpan berdasarkan karakteristiknya. Berikut ini akan diperikan
penjelasan mengenai cara penyimpanan berdasarkan karakteristik bahan kimia.
1. Bahan yang mudah meledak (eksplosif)
Bahan kimia mudah
meledak apabila bahan tersebut bereaksi menghasilkan gas dalam jumlah dan
tekanan yang besar serta suhu yang tinggi yang mengakibatkan kerusakan pada
lingkungan. Selain faktor tersebut juga ada factor yang menyebabkan bahan
kimia tersebut mudah meledak, yaitu interaksi beberapa bahan kimia,
seperti logam Na atau K dengan air.
Gambar 1. Lambang
bahan kimia mudah meledak
Adapun
syarat penyimpanan bagi bahan kimia yang mudah meledak/eksplosif:
· Ruangan
dingin dan berventilasi
· Jauhkan
dari panas dan api
· Hindarkan
dari gesekan atau tumbukan mekanis
2. Bahan yang mudah terbakar
Bahan mudah terbakar adalah bahan yang mudah bereaksi dengan oksigen dan
menimbulkan kebakaran. Reaksi kebakaran yang amat cepat juga dapat
menghasilkan ledakan. Bahan cair dinyatakan mudah terbakar bila titik nyala
> 21 °C
dan < 55 °C
pada tekanan 1 atm. Bahan cair dinyatakan sangat mudah terbakar bila titik
nyala < 21 °C
dan titik didih > 20 °C
pada tekanan 1 atm. Gas dinyatakan mudah terbakar jika titik didih < 20 °C
pada tekanan 1 atm.
Gambar 2. Lambang bahan kimia yang mudah terbakar
Bahan kimia yang mudah terbakar dapat berupa wujud padat seperti belerang
(sulfur), fosfor, kertas/rayon, hidrida logam, dan kapas; cair seperti
benzene, etanol, naftalena; dan juga berupa gas seperti gas alam, hydrogen,
asetilen dan etilen oksida. Penyimpanan bagi bahan/zat kimia yang mudah
terbakar dapat dilakukan dengan tempat yang :
· Bertemperatur
dingin dan berventilasi
· Jauh
dari sumber api atau panas, terutama loncatan api listrik dan bara rokok
· Tersedia
alat pemadam kebakaran
3. Bahan
beracun
Gambar 3. Lambang bahan kimia yang beracun
Bahan kimia beracun didefinisikan sebagai bahan kimia yang dalam jumlah
kecil menimbulkan keracunan pada manusia atau mahluk hidup lainnya. Pada
umumnya zat-zat toksik masuk lewat pernapasan dan kemudian beredar ke
seluruh tubuh atau menuju organ-organ tubuh tertentu. Berikut contoh bahan
kimia beracun dan akibat yang ditimbulkan apabila terkontaminasi.
Jenis Zat Beracun
|
Jenis Bahan
|
Akibat Keracunan dan Gangguan
|
Logam metaloid
|
Pb (TEL, PbNO3); Hg; Cadmium; Krom (Cr); Arsen (As);
Fospor
|
Syaraf, ginjal, darah, hati, kanker, iritasi
|
Bahan pelarut
|
Hidrokarbon alifatik, hidrokarbon terhalogenasi
|
Pusing, koma, hati, ginjal, syaraf pusat, leukemia
|
Gas-gas beracun
|
Aspiksian sederhana, aspiksian kimia, karbon monoksida, nitrogen
monoksida
|
Sesak nafas, pusing, kejang, hilang kesadaran, iritan, kematian
|
Karsinogen
|
Benzene, krom, vinil klorida
|
Leukemia, paru-paru
|
Pestisida
|
Organoklorin, organofosfat
|
Pusing, kejang, hilang kesadara, kematian
|
Syarat
penyimpanan bahan kimia beracun
· Ruangan
dingin dan berventilasi
· Jauh
dari bahaya kebakaran
· Dipisahkan
dari bahan-bahan yang mungkin bereaksi
· Kran
dari saluran gas harus tetap dalam keadaan tertutup rapat jika tidak sedang
dipergunakan
· Disediakan
alat pelindung diri, pakaian kerja, masker, dan sarung tangan
4. Bahan
korosif
Bahan/zat kimia
yang bersifat korosif dapat merusak kemasan/wadah dan bereaksi dengan
zat-zat beracun Bahan/zat kimia korosif antara lain adalah asam sulfat (H2S04),
asam nitrat (HNO3), asam klorida (HCl), natrium hidroksida (NaOH),
kalsium hidroksida (Ca(OH)2),
dan gas belerang dioksida (SO2).
Gambar 4. Lambang bahan kimia yang bersifat korosif
Syarat
penyimpanan:
· Ruangan
dingin dan berventilasi
· Wadah
tertutup dan berlabel
· Dipisahkan
dari zat-zat beracun
5. Bahan
kimia iritan
Gambar 5. Lambang bahan kimia iritan
Bahan iritan
adalah bahan yang karena reaksi kimia dapat menimbulkan kerusakan atau
peradangan atau sensitisasi bila kontak dengan permukaan tubuh yang lembab
seperti kulit, mata, dan saluran pernapasan. Bahan iritan pada umumnya
adalah bahan korosif. Syarat penyimpanan bagi bahan kimia yang bersifat
iritan:
· Ruangan
dingin dan berventilasi
· Wadah
tertutup dan berlabel
· Dipisahkan
dari zat-zat beracun
6. Bahan
kimia reaktif terhadap air
Bahan reaktif
adalah bahan yang bila bereaksi dengan air akan mengeluarkan panas dan gas
yang mudah terbakar. Hal ini disebabkan zat-zat tersebut bereaksi secara
eksotermik, yaitu mengeluarkan panas, dan gas yang mudah terbakar. Adapun
bahan-bahan kimia tersebut adalah:
· Alkali
(Na, K) dan alkali tanah (Ca)
· Logam
halida anhidrat (alumunium tribromida)
· Logam
oksida anhidrat (CaO)
· Oksida
non-logam halida (sulfuril klorida)
· Karbit
· Nitrida
Syarat
penyimpanan bahan kimia yang reakti terhadap air:
· Temperatur
ruangan dingin, kering, dan berventilasi
· Jauh
dari sumber nyala api atau panas
· Bangunan
kedap air
· Disediakan
pemadam kebakaran tanpa air (CO2, dry
powder)
7. Bahan
reaktif terhadap asam
Bahan/zat kimia reaktif terhadap asam akan menghasilkan panas dan gas yang
mudah terbakar atau gas-gas yang beracun dan korosif. Bahan-bahan yang
reaktif terhadap air di atas juga reaktif terhadap asam. Selain itu ada
bahan-bahan lain, yaitu:
· Kalium
klorat/perklorat (KClO3)
· Kalium
permanganat (KMnO4)
· Asam
kromat (H2Cr2O3)
Syarat penyimpanan bagi bahan yang reaktif terhadap asam :
· Ruangan
dingin dan berventilasi
· Jauhkan
dari sumber api, panas, dan asam
· Ruangan
penyimpan perlu didesain agar tidak memungkinkan terbentuk kantong-kantong
hydrogen
· Disediakan
alat pelindung diri seperti kacamata, sarung tangan, pakaian kerja
b. Perawatan
Bahan Kimia
Bahan-bahan kimia dalam hal perawatannya digolongkan menurut keadaan fasenya
yaitu : padatan, larutan atau gas.
1. Padatan
biasa yang tidak higroskopis dan tidak menyublim
Perawatan padatan biasa yang tidak higroskopis dan tidak menyublim dapat
dilakukan dengan menyimpan zat ini di dalam botol bermulut lebar yang
bertutup baik. Usahakan etiketnya atau labelnya tidak mudah lepas dan
hurupnya tidak mudah luntur atau menguap. Debu pada botol sebaiknya dilap.
Pengambilan zat harus menggunakan sendok/spatula. Hindarkanlah kemungkinan
masuknya debu, air maupun uap.
2. Padatan
higroskopis
Perawatan padatan higroskopis dilakukan dengan menyimpannya dalam kaleng
tertutup atau tempat lain yang tertutup rapat. Sumbatnya diselimuti lagi
dengan plastik dan diikat erat-erat. Contoh zat ini adalah NaOH dan KSCN.
3. Padatan
mudah menguap atau menyublim
Perawatan Padatan mudah menguap atau menyublim dilakukan dengan menyimpan
zat ini di dalam botol gelas atau plastik dengan tutup yang rapat dan tidak
terlalu penuh. Sisa ruangan kosong kira-kira ¼ nya untuk kemudahan
menyublim. Contoh zat yang termasuk golongan ini adalah : Iodium, ammonium
karbonat dan kamfer.
4. Padatan
yang peka cahaya
Perawatan untuk padatan yang peka cahaya dilakukan dengan menyimpan zat ini
di dalam botol gelap atau botol yang tidak tembus cahaya. Contoh yang
termasuk zat ini adalah : perak nitrat dan kalium permanganat.
5. Padatan
yang peka air
Penanganan untuk padatan yang peka air dapat dilakukan dengan melarutkannya
Dalam minyak tanah atau kerosin. Contohnya adalah logan Na, K dan Li.
6. Padatan
peka oksigen atau udara
Penanganan zat ini dilakukan dengan merendamnya di dalam air yang terdapat
pada botol gelas. Jangan menggunakan tempat dari kaleng karena mudah bocor
dan bisa mengakibatkan kebakaran. Contoh yang termasuk zat ini adalah
posfor.
7. Campuran
padatan
Penyimpanan untuk kelompok zat ini dilakukan dengan menghindari penempatan
padatan ini dalam keadaan tercampur, terutama campuran oksidator dan
katalisator dengan bahan yang mudah terbakar. Contoh zat yang termasuk
golongan ini adalah : KClO3, MnO2 dengan
gula pasir.
8. Cairan
atau larutan biasa
Penyimpanan zat ini dilakukan menutupnya di dalam botol yang rapat dan
menghindarkan masuknya debu. Pergunakan pipet untuk mengambil isinya bila
digunakan atau dengan jalan menuang di mana etiketnya menghadap ke dalam
tangan. Contohnya adalah : alkohol, asam asetat dan larutan garam. Isi botol
tidak boleh penuh. Sisakan ¼ nya untuk berkondensasi.
9. Cairan
atau larutan mudah menguap
Penyimpanan kelompok zat ini dilakukan dengan menggunakan botol yang
mempunyai tutup rapat, karena larutan ini mudah bertambah volumenya dan
kadarnya turun. Contoh yang termasuk zat ini adalah asam sulfat.
10. Cairan
yang mudah menguap
Penyimpanan cairan yang mudah menguap dilakukan dengan menggunakan botol
yang mempunyai tutup rapat. Sisakan ¼ botol untuk kondensasi. Jauhkan dari
panas. Contoh golongan zat ini adalah : NH4OH, HCl, CH3COOH
dan alkohol.
11. Cairan
yang mudah terbakar
Penyimpanan cairan yang mudah terbakar dapat dilakukan dengan menjauhkannya
dari api atau panas. Contoh yang termasuk kelompok zat ini adalah : eter,
metanol, etanol, bensin dan minyak tanah.
12. Gas
Penyimpanan gas dilakukan dengan menjauhkan tabung gas dari api atau panas.
Gunakan kran yang spuyernya baik. Lebih baik ditempatkan di tempat yang
dingin. Contohnya adalah : gas He, N2, CO2.
3. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut.
· Hampir
semua bahan kimia berbahaya, sehingga kita perlu membuat pengelolaan bahan
dengan tepat dan benar sehingga sebelum melakukan praktikum sebaiknya kita
mengenal karakteristik bahan kimia yang dipakai.
· Bahan
kimia dapat disimpan berdasarkan karakteristiknya untuk memaksimalkan kerja
di laboratorium.
· Selain
penyimpanan, perawatan dari bahan kimia juga diperlukan demi terciptanya
keamanan dan keselamatan kerja di laboratorium.
4. DAFTAR
PUSTAKA
Kancono., (2010), Manajemen
Laboratorium IPA, Bengkulu, Unit Penerbitan FKIP UNIB.
Moran, L., dan Masciangioli, T., (2010), Keselamatan
dan Keamanan Laboratorium Kimia (Panduan Pengelolaan Bahan Kimia dengan
Bijak), Washington, The
National Academis Press.
Suprayitno, T., (2011), Panduan
Teknis Perawatan Peralatan Laboratorium Kimia, Jakarta,
Kemendikbud.
Tim Laboratorium., (2012), TechnichalDirectives_id.pdf (accessed September
2013)
Dear salam kenal, bagus artiklenya, bisa minta tolong ga di kirim gambar Kelompok penyimpanan di atas sebagai rujukan, rino633@gmail.com, terima kasih sebelumnya.
BalasHapus